Jakarta – Vespa, kendaraan roda dua dengan sejuta cerita. Motor yang berbentuk seperti lebah itu memiliki daya tarik dan kharisma tersendiri. Lebih dari sekadar alat transportasi, Vespa kini tak ubahnya sebagai tren gaya hidup.
Vespa digemari berbagai kalangan. Dari anak Mods yang suka mendengarkan The Who hingga anak Vespa ekstrim yang asyik mendengarkan Bob Marley.
Terlepas dari komunitas dan subkultur tertentu, Vespa melekat menjadi gaya hidup mereka. Mereka mengendarai Vespa walaupun berbeda kelas sosial maupun status ekonomi sosial.
CXO Media sempat bertanya pada Den Dimas dan om Yoel, dua orang yang menjadi representatif pengendara Vespa di Indonesia. Mereka bercerita bahwa banyak hal seru dan budaya baru yang lahir karena Vespa.
Den Dimas menyebut Vespa merupakan sebuah aksesoris untuk pemiliknya yang memiliki gaya dan fesyen yang sudah necis. Bukan hanya sekedar motor, namun sebuah pernyataan.
Dinamika tersebut mungkin bisa kamu temukan di kendaraan roda dua lainnya, namun getaran yang kalian rasakan mungkin tak sebesar Vespa. Jargon ‘Satu Vespa, berjuta saudara’ mungkin menjadi nilai yang para pengendara Vespa amalkan ketika sudah melintas di atas aspal.
Melihat kembali sejarahnya, Vespa memang sudah punya tempat spesial di Indonesia. Pada tahun 1963, pasukan Garuda yang bertugas di Kongo, Afrika iberikan Vespa Ndog atau Vespa Kongo sebagai penghargaan atas jasanya menjaga perdamaian.
Di akhir kesempatan bertemu CXO Media, Den Dimas menyampaikan kepada siapapun agar tidak perlu takut untuk bermain Vespa maupun berkenalan dengan dunia Vespa, karena ada banyak sekali orang yang bakal membantu untuk lebih mengenal Vespa. Den Dimas menegaskan Vespa baru dan Vespa tua bukanlah pembeda, semua sama dan pemiliknya tidak perlu takut merasa dikucilkan.
sumber:detik.com